NU Trangkil

Tiga Identitas Islam (Haul Muassis dan Haul Madrasah Misbahul Ulum Pasucen yang ke 62)

Foto Dokumentasi FB Jamal Pati

KH. Zuhrul Anam Hisyam, Pengasuh PP. At-Taujih Banyumas, menantu KH. Maimoen Zubair, dalam advice di Haul Muassis dan Haul Madrasah Misbahul Ulum Pasucen yang ke 62 dan Memperingati Syaikh Ahmad Wiropadi (Kamis, 26 Juni 2025) di aula Madrasah Misbahul Ulum, menyampaikan tiga identitas utama (khashaish) Islam.

Pertama, 'alamiyyah (kosmopolit, mendunia)
Islam adalah agama untuk seluruh masyarakat dunia. Meskipun lahir di Jazilah Arabia, Mekkah-Medinah, namun Islam didesain Allah untuk agama bagi seluruh umat manusia. Bangsa Asia cocok dengan Islam. Begitu juga Eropa, Afrika, Australia dan lain sebagainya. Bahkan, menurut seorang pakar, kata Gus Anam, penyebaran Islam berlangsung cepat dan ekspansif sehingga agama ini akan terus mewarnai perjalanan peradaban umat manusia.

Kedua, muwafaqah lil waqi' (relevan dengan realitas). 
Doktrin Islam mampu beradaptasi dan berinteraksi dengan perubahan apapun. Sang Pemilik Agama ini sudah menerapkan prinsip-prinsip utama bagi eksistensi agama ini dalan merespons transformasi sosial, struktural maupun kultural. Dalam hal yang sifatnya ubudiyah (vertikal-sakral), Islam menjelaskan secara detail dan praktis. Namun dalam hal mu'amalah (horisontal-profan), Islam hanya memberikan mabadi' ammah (dasar-dasar umum) dan qawais asasiyyah (kaidah-kaidah dasar) sehingga bisa menyesuaikan diri dengan perubahan situasi dan kondisi. Adil, setara, musyawarah, tidak menipu, dan amanah adalah salah satu prinsip utama Islam dalam mu'amalah yang berjalan secara dinamis dan kompetitif.

Zaman kitab klasik ditulis, belum ada uang kertas (al-auraq al-maliyah). Dirham dan dinar menjadi alat transaksi efektif. Ulama modern kemudian mengkaji status auraq maliyah ini dari aspek sejarah, tahapan dan hukumnya. Zaman dulu, belum ada jual beli online. Sekarang jual beli online menjadi fenomena harian yang tidak terbantahkan. Ulama berijtihad untuk memberikan status hukum jual beli online. 

Zaman Nabi, area mina yang digunakan untuk melempar jumrah saat haji adalah tempat yang ada di antara dua gunung. Namun, seiring membludaknya jamaah haji, maka, mina yang ada tidak mampu menampung jutaan jamaah haji. Kemudian dibuatkan mina jadid (baru), dan kemudian ajaddu jadid (yang paling baru). Ulama selalu mampu merespons dinamika zaman dengan arif dan bijaksana sehingga Islam tetap eksis di tengah tantangan zaman.

Ketiga, binau hadlaratil ilmi (membangun peradaban ilmu).
Islam adalah agama yang membangun eksistensi dan fungsi besarnya melalui ilmu. Hal ini tersirat dalam firman yang pertama kali turun, yaitu: Bacalah dengan nama Tuhanmu Yang Menciptakan, Yang Menciptakan Manusia Dengan 'alaq, Bacalah dan Tuhanmu Yang Maha Pemurah, Yang Mengajari Manusia dengan Pena, Mengajari Manusia Sesuatu Yang Tidak Diketahui.

Tidak ada agama yang memberikan perhatian besar kepada ilmu melebihi Islam. Motivasi menuntut ilmu dalam Islam sangat dahsyat dengan berbagai penghargaan, baik di dunia maupun di akhirat.
Allah berfirman:
يرفع الله الذين أمنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات
Orang-orang beriman dan berilmu pengetahuan selalu diangkat Allah dengan bertingkat-tingkat (tidak hanya satu tungkat).

Kehebatan Ulama Jawa
Perkembangan Islam di Jawa termasuk telat. Saat Andalusia Spanyol sudah mengalami era keemasan Islam, di Jawa masih bergumul dengan Kerajaan Singosari, kemudian diteruskan Majapahit, dan lain-lain. Namun, ulama Jawa memang hebat. Mereka mampu membaca dan mengajarkan kitab-kitab besar, meskipun referensinya penuh keterbatasan. Jam'ul jawami', Alfiyyah, Imrithi, Jurumiyyah, Jauharul Maknun, Fathul Wahhab, Fathul Muin, Fathul Qarib, dan lain-lain adalah kitab-kitab pesantren yang diajarkan para kiai kepada santri dan masyarakat sejak dulu sampai sekarang. 

Para kiai mampu memahami ibarah (redaksi) kitab yang sulit dan asing. Ulama Jawa sangat lihai dan bijak membuat strategi dakwah yang menarik simpati masyarakat sehingga mereka tertarik dan berbondong-bondong masuk Islam.

Tantangan Generasi Now
Apa yang disampaikan Gus Anam di atas menjadi 'ibrah dan guidance kepada generasi now untuk aktif dan kreatif mengembangkan Islam dari berbagai aspek kehidupan sehingga Islam tetap mampu memberikan kontribusi maksimalnya bagi peradaban dunia. Ibnu Rusyd, Ibnu Arabi, Ibnu Sina, Imam Ghazali, Imam Ar-Razi, Imam Nawawi, Imam Rafii dan ulama lainnya aktif berkarya mencerdaskan umat manusia sepanjang zaman dengan karya-karya hebat yang inspiratif dan dinamis. Generasi muda Islam harus punya kepercayaan diri yang tinggi untuk menampilkan Islam secara modern, rasional dan kontekstual. Dalam Qur'an disebutkan:                                          
لها ما كسبت ولكم ما كسبتم
Bagi umat terdahulu mendapat balasan dari apa-apa yang sudah diukir dalam mewarnai sejarahnya dan bagi kamu semua (generasi now) harus mampu melahirkan prestasi besar dari kerja keras dan dedikasi totalnya untuk membangun sejarahnya sendiri yang diwariskan untuk generasi sesudahnya.

Ingat salah satu bait dalam Alfiyyah:
وما يلي المضاف يأتي خلفا - عنه في الاعراب اذا ما حذفا
Santri harus siap meneruskan estafet pemikiran, kepemimpinan dan aksi sosial fungsional Kiai ketika beliau sudah wafat.
Wallahu A'lam Bish Shawab

Pasucen, Derek Haul Syaikh Wiropadi, Jum'at, 1 Muharram 1447 H./ 27 Juni 2025 di Lapangan Desa Pasucen Trangkil Pati. (Jamal Makmur Asmani)

*

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama