Dalam beberapa minggu terakhir habis lebaran sampai saat ini, di berbagai desa di Pati yang menggelar tradisi sedekah bumi, fenomena diskotik jalanan dan sound horeg semakin marak. Konvoi kendaraan berjejer di jalanan, masing-masing dilengkapi dengan sound system berdaya tinggi, memainkan musik dengan volume maksimal hingga menciptakan suasana yang mirip dengan klub malam terbuka.
Bagi sebagian masyarakat, ini adalah bentuk hiburan dan ekspresi kebebasan, sebuah cara untuk merayakan kegembiraan dalam acara tradisional. Namun, bagi banyak lainnya, fenomena ini justru menjadi gangguan serius yang mengusik ketenangan lingkungan. Suara menggelegar dari sound horeg sering kali berlangsung hingga larut malam, membuat warga sulit beristirahat dan memicu keluhan dari berbagai pihak, ini adalah gangguan serius yang merusak ketenangan lingkungan.
Hiburan Alternatif atau Ekses Berlebihan?
Tidak dapat disangkal bahwa kehadiran sound horeg menjadi ajang ekspresi anak muda dalam menikmati musik dan meramaikan suasana. Perangkat audio dengan bass menggelegar memang menghadirkan sensasi tersendiri. Namun, ketika hiburan ini dilakukan tanpa batasan waktu dan tempat, dampaknya bisa menjadi tidak terkendali. Masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi konvoi sering mengeluhkan suara bising yang mengganggu waktu istirahat mereka, bahkan hingga larut malam.
Dampak Sosial dan Lingkungan
Selain aspek kebisingan, diskotik jalanan juga berisiko menimbulkan kemacetan, serta dapat memicu kecelakaan lalu lintas akibat konvoi kendaraan yang tidak teratur. Tidak jarang pula terjadi gesekan sosial karena perbedaan pandangan antara pelaku dan masyarakat yang merasa terganggu. Jika fenomena ini terus berlangsung tanpa regulasi yang jelas, maka konflik horizontal di masyarakat bisa semakin meningkat.
Salah satu dampak paling mengkhawatirkan dari diskotik jalanan adalah pengaruh negatif terhadap anak-anak. Berbeda dengan diskotik konvensional yang memiliki regulasi ketat, batasan usia, dan ruang privat bagi konsumen, diskotik jalanan berlangsung tanpa kontrol, memungkinkan anak-anak usia dini untuk melihat langsung berbagai bentuk hiburan yang bisa saja tidak sesuai dengan nilai moral dan etika masyarakat.
Paparan tanpa filter terhadap konten yang tidak sesuai berisiko merusak pola pikir dan perilaku anak. Mereka cenderung meniru apa yang mereka lihat tanpa memahami konteksnya. Minimnya kesadaran sosial serta kurangnya kontrol dari pihak berwenang membuat fenomena ini semakin sulit dibendung.
Kembali Terjerumus Setelah Pandemi
Fenomena ini sebenarnya sempat mereda secara drastis akibat pandemi COVID-19 yang mengharuskan masyarakat untuk membatasi aktivitas di ruang publik. Awal tahun 2020 menjadi puncak dari tren ini, di mana hampir setiap desa mempertunjukkan tarian erotis jalanan tanpa kontrol. Namun, pandemi membuat semua itu berhenti, memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk lebih fokus pada keselamatan dan kesehatan dibandingkan dengan hiburan yang berlebihan.
Sayangnya, ketika pandemi mulai terkendali dan kehidupan kembali normal, tren diskotik jalanan dan sound horeg muncul kembali, seolah masyarakat lupa akan kesulitan dan ketakutan yang mereka alami selama pandemi. Seolah-olah tidak ada pelajaran yang diambil dari kejadian tersebut, dan kini banyak orang kembali terbuai dalam hiburan yang tidak terkontrol, bahkan lebih besar dari sebelumnya.
Dampak Kesehatan Jangka Panjang
Fenomena ini tidak hanya berdampak pada moral dan sosial, tetapi juga berpotensi merusak kesehatan, khususnya bagi anak-anak. Paparan suara dengan volume tinggi dalam jangka panjang dapat menyebabkan gangguan pendengaran. Studi telah menunjukkan bahwa suara yang terlalu keras, terutama jika didengar dalam waktu lama, dapat menyebabkan kerusakan permanen pada sistem pendengaran atau budeg dalam bahasa jawa.
Anak-anak yang terpapar sound horeg di jalanan berisiko mengalami masalah kesehatan seperti: gangguan pendengaran akibat suara ekstrem, kesulitan konsentrasi akibat lingkungan yang terlalu bising, gangguan tidur yang dapat berdampak pada perkembangan otak dan keseimbangan emosional mereka, dan stres akibat paparan suara keras yang terus-menerus.
Sayangnya, dampak ini sering tidak langsung terlihat, tetapi akan terasa dalam jangka panjang. Jika dibiarkan tanpa regulasi, generasi mendatang bisa menghadapi peningkatan kasus gangguan pendengaran sejak usia dini.
Perlu Regulasi untuk Menghentikan Diskotik Jalanan
Fenomena sound horeg dan tarian erotis di jalanan bukan hanya sekadar hiburan, tetapi telah menjadi ancaman serius bagi moral generasi muda dan ketertiban sosial. Oleh karena itu, pemerintah harus segera mengambil langkah konkret dengan membuat regulasi yang melarang diskotik jalanan agar dampaknya bisa diminimalisir.
Beberapa langkah yang bisa dilakukan antara lain: Pertama, Pelarangan penggunaan sound horeg di jalan umum, kecuali dalam acara yang terorganisir dengan izin resmi. Kedua, Pembatasan konten hiburan yang ditampilkan di ruang publik, terutama yang bisa berdampak negatif bagi anak-anak. Ketiga, Sanksi tegas bagi pelaku dan penyelenggara diskotik jalanan, agar fenomena ini tidak terus berkembang tanpa kontrol. Keempat, Edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat, agar lebih memahami bahaya dari fenomena ini dan ikut berperan dalam mencegahnya.
Jika dibiarkan, diskotik jalanan akan terus merusak norma sosial dan moral masyarakat. Saatnya pemerintah mulai dari desa sampai kabupaten untuk bertindak tegas melindungi generasi mendatang dari dampak buruk hiburan yang tidak terkendali.
Tim Redaktur nutrangkil.com