nutrangkil.com - Hasil Bahtsul Masail putran ke-28 pada hari Jumat Kliwon, 19 Syawal 1446 H / 18 April 2025 M di Masjid Jami’ Sabilal Muttaqin Kertomulyo-Trangkil-Pati
As’ilah
Deskripsi. Sekarang banyak terjadi pengadopsian anak secara resmi dengan cara melalui pengadilan dan anak tersebut sama sekali tidak memiliki hubungan nasab dengan yang mengadopsi.
Pertanyaannya_Bagaimana hukum mengadopsi anak dengan proses tersebut ?
Ranting Kertomulyo
Jawab.
Haram apabila yang dikehendaki adopsi adalah penisbatan nasab antara anak angkat dan bapak angkat, akan tetapi jika yang dikehendaki adopsi adalah mengasuh, merawat atau mendidik anak bukan menisbatkan nasab maka hukumnya boleh bahkan disunnahkan atau dianjurkan.
IBARAH
الحلال والحرام في الإسلام ص : ٢١٨
التبني بمعنى التربية والرعاية ذلك هو التبني الذي هو أبطله الإسلام هو الذي يضم فيه الرجل طفلا إلى نفسه يعلم أنه ولد غيره ومع هذا يلحقه بنسبه وأسرته ويثبت له كل أحكام النبوة وأثارها من إباحة إحتلاط وحرمة زواج واستحقاق ميراث، وهناك نوع يظنه الناس تبنيا وليس هو بالتبني الذي حرمه الإسلام وذلك أن يضم الرجل إليه طفلا يتيما أو لقيطا ويجعله كابنه في الحنو عليه والعناية به والتربية له فيحضنه ويطعمه ويكسوه ويعلمه ويعامله كأنه إبنه من صلبه ومع هذا لم ينسبه لنفسه ولم يثبت له أحكام النبوة المذكورة فهذا أمر محمود في دين الله يستحق صاحبه عليه المثوبة في الجنة.
Pengangkatan anak dalam pengertian pendidikan dan pengasuhan adalah pengangkatan anak yang dibatalkan oleh Islam, yaitu pengangkatan anak yang dilakukan oleh seorang laki-laki yang mengetahui bahwa anak tersebut adalah anak orang lain, namun anak tersebut mengikuti garis keturunannya. dan keluarganya, dan membuktikan kepadanya semua ketentuan kenabian dan efeknya, seperti diperbolehkannya pekerjaan (bercampur baur) dan diharamkannya pernikahan dan hak warisan. Ada jenis yang orang anggap adopsi, tetapi itu bukan adopsi yang dilarang oleh Islam, yaitu ketika seorang laki-laki memeluk anak yatim atau anak terlantar dan menjadikannya seperti anaknya sendiri dalam kelembutan, merawatnya, dan mengasuhnya, pahala di surga. (Al Halal Wal haram fi al islam, hal. 218)
فتوى الإسلام سؤال جواب .ح ١ ص ٨
التبني قسمان ممنوع ومشروع إذا طلب شخص تبنى طفلامن دار الحضانة فهل يجوز للمسؤولين إعطائه مايريد ؟
الجواب: الحمد لله التبني للأطفال على قسمين ممنوع وغير ممنوع .وأماالممنوع فهو تبنى الطفل باعتبار أنه ولد للمتبنى له أحكام الولد فهذا لايجوز وقد أبطله الله فى القرآن فى قوله تعالى وماجعل أدعياءكم أبنائكم . الأحزاب/٤ وقسم مباح وقديكون مستحبا وهو الإحسانإلى الطفل وتربية الدينية الصالحة وتوجيه السليم وتعليمهم ماينفعه فى دينه ودنياه ولكن لايجوز أن يسلم الالمن عرف بالأمانة والديانة وحسن السلوك وتحققت مصلحته الطفل عنده وأن يكون من أهل البلاد بحيث لاتذهب به إلى بلدقديكون وجوده فيهاسببا لفساد دينه فى المستقبل فعليه إذا تمت فى حق كل واحد منهما هذه الشروط المذكورة فلابأس بدفع اللقيط المجهول النسب إليه والله يحفظكم
Attabanni (mengadopsi anak) itu ada dua macam, yaitu dilarang dan disyariatkan/diperbolehkan. Apabila ada seseorang ingin mengadopsi anak dari panti asuhan, apakah diperbolehkan permintaan tersebut untuk dikabulkan?
Jawab : Alhamdulillah, adopsi anak itu ada dua macam, ada yang dilarang dan ada pula yang tidak dilarang. Adapun yang dilarang jika seseorang mengadopsi anak dan anak tersebut dinisbatkan nasabnya kepada ayah angkatnya. Hal ini tidak diperbolehkan karena dilarang oleh Allah dalam al Quran surat Al Ahzab ayat: 4 yang artinya: “Allah tidak menjadikan anak-anak angkatmu sebagai anak-anakmu.” Sedangkan yang diperbolehkan bahkan disunnahkan itu jika attabanni dengan artian berbuat baik kepada anak dan mendidik agama serta mengajari sesuatu yang bermanfaat dalam agama dan dunianya. Akan tetapi anak tersebut tidak diserahkan kecuali terhadap orang yang diketahui sifat Amanah, agama dan baik perlakuannya terhadap anak. ( fatwa al islam suaal jawab, juz. 1, hal. 8)
NB. Bahkan jika terjadi kekawatiran ikhtilath atau sesuatu hal yang mengharuskan bercampur atas keduanya dalam bersepian, misal sakitnya bapak angkat sehingga mengakibatkan tidak ada orang yang merawatnya, maka diperbolehkan anak angkat tersebut untuk melayani dan merawatnya.
الموسوعة الفقهية الكويتية ج ١٩ ص ٣٧
وَالْحُرْمَةُ - عِنْدَ الْجُمْهُورِ - إِذَا كَانَتِ الْخِدْمَةُ تَتَطَلَّبُ الْخَلْوَةَ، أَمَّا إِذَا لَمْ تَكُنْ تَتَطَلَّبُ الْخَلْوَةَ فَيَجُوزُ، وَكَذَا إِذَا كَانَ الرَّجُل مَرِيضًا وَلَمْ يَجِدْ مَنْ يَخْدُمُهُ
Keharaman bercampur antara laki-laki dan Perempuan itu menurut jumhur ulama’ apabila dalam Khidmah atau pelayanan mengakibatkan bersepian diantara keduanya. Namun jika tidak mengakibatkan bersepian ataupun laki-laki itu dalam keadaan sakit dan tidak ada yang merawat kecuali Perempuan itu, maka boleh untuk merawatnya. (Al Mausuah Al Fiqhiyah, juz :19, hal. 37)